Sejarah Desa Babadan

16.27 |

Sejarah Desa Babadan tidak lepas dari sejarah perang Diponegoro, konoin setelah perang Dip[onegoro usai karena pangeran Dip[onegoro dan sebagian pengikutnya ditangkap dan diasingkan ke Makassar maka prajuritnya banyak yang melarikan diri menuju ke arah barat untuk menghindari kejaran pasukan Belanda. Salah satu dari sekian banyaknya prajurit yang meninggalkan goa Selarong dan sekitarnya adalah Sontowinoyo, dikemudian hari lebih dikenal dengan Santonoyo. Sekitar tahun 1832 Sontonoyo sampai di daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan Babadan, daerah ini masih berupa hutan dan semak belukar, untuk membuka daerah ini agar bisa untuk tempat tinggal dan bercocok tanam maka mbah Sontonoyo babad alas. Hutan belantara yang belum terjamah manusia sebelumnya ini Babad, dari kata Babad inilah akhirnya daerah yang berupa hutan itu menjadi nama BABADAN. Setelah dibabad atau dibersihkan hutan itu terlihat Banar (dalam bahasa jawa artinya padang/bersih) dari kata Banar inilah akhirnya disebelah selatan Babadan ada dukuh yang disebut Banaran, yang berarti padang/banar. Dalam kurun waktu babad alas sisa batang pohon, ranting, atau daun yang tidak bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan rumah disihkan atau ditempatkan di tiumur dukuh Babadan, dari kata sisih ini maka dukuh di timur Babadan dinamakan Kesisih atau Kesasih. Dalam perjuangan untuk babad alas di Babadan ini beliau dalam kesehariannya selalu memakai sorban, dari kata sorban inilah maka di sebelah selatan dukuh banaran dikenal dengan sebutan dukuh Srabanan yang asal kata dari Sorbanan (dalam bahasa jawa artinya memakai sorban). Demnikianlah sekilas cerita tentang asal usul  Desa Babadan yang diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat Desa Babadan. Untuk mengenang jasa Mbah Sontonoyo ini, maka jal;an utama desa dinamakan jalan Sontonoyo.
Desa Babadan jaraknya tidak begitu jauh dari ibukota kecamatan maupun pasar Limpung ± 0,5 Km, karena letaknya yang strategis inilah maka mulai sekitar tahun 1980-1990-an banyak pendatang dari luar daerah yang berprofesi sebagai pedagang sebagian besar menetap di Dukuh Banaran yang dekat dengan pasar Limpung, untuk PNS guru sebagaian besar menetap di Dukuh Srabanan yang dekat dengan ibukota kecamatan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa Babadan sebagai pedagang dan petani.
Hubungan/koordinasi masing-masing lembaga yang ada fungsi dan kewenangannya masing-masing baik BPD maupun LPMD. Hubungan sosial kemasyarakatan juga berjalan dengan baik, warga saling menghargai dan menghormati p[erbedaan agama, keyakinan yang ada di tengah masyarakat.
Dari tahun ke tahun lulusan SLTP, SLTA, maupun sarjana semakin meningkat, hal ini karena peningkatan ekonomi dan juga kesadaran orang tua untuk memberikan bekal pendidikan kepada putra-putrinya semakin baik, hal ini bisa menjadikan modal awal roda pembangunan berjalan di Desa Babadan yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Dengan konsisi jumlah penduduk dan luas wilayah peringkat nomor satu di kecamatan Limpung menjadi tantangan tersendiri dalam melaksanakan pembangunan, tapi sejak adanya PPK atau PNPM dan juga dana bantuan lainnya baik dari kabupaten maupun provinsi dan pusat sedikit demi sedikit dapat mengejar ketertinggalan Desa Babadan dari desa-desa lainnya dalam rangka pembangunan infrastruktur maupun pemberdayaan kepada masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar